Jumat, 21 Oktober 2011

Kilas balik

Derap langkah
Tegap tapi lunglai menuju altar suci pelaminan
Bingkisan kado rapi terselip di antara dua telapak tangannya
Kado manis untuk mempelai wanita yg pernah mewarnai manis hidupnya sekaligus yg menumpahkan pahit dan asemnya dalam kehidupannya
Kini harus diakuinya bahwa cinta tak selalu berakhir manis tapi juga pahit karena sesungguhnya itulah gunanya cinta diciptakan,
Jika memang ingin terasa manis harus mencicipi pahit,bisa di ibaratkan jika manis gula ingin terasa,makan dulu kopi,maka sungguh terasa manisnya.


Minggu kemarin tergelatak rapi
Sebuah surat undangan depan pintu TERBACA,
Satu bulan yang lalu
Dering telpon
Lirih namun keras terngiang
Merdu tapi menyakitkan telinga
Samar namun JELAS DI MENGERTI,
Empat bulan yang lalu
Kupandang teduh matanya
Diam,kosong,tapi air matanya deras mengalir menyusuri garis pipinya lalu bermuara diruncing dagunya yg diam tak berkata tapi PENUH MAKNA.
Lima bulan yg lalu
Bahuku jadi sandaran kepalanya
Saat sedih,murung,resah
Dan kala senang bahuku di pukul-pukulnya manja,menggemaskan,bahasa pengertian dan di NANTIKAN.
Setahun yg lalu
Di sudut warung terhias senyumnya
Matanya yg teduh sulit ku sinari namun lambat laun mata itu mulai terang bersinar menerangi setiap jalan yg aku lalui.

Seandainya,jika aku tak melangkah ke tempatnya di pelaminan,
Maka aku pengecut yg bersembunyi di balik tirai kebencian.

Pijakanlah kakimu walau di pohon berduri sekalipun,karena jika engkau telah di atasnya maka terlihatlah luas dunia ini.

Cinta tak pernah menyakiti,karena hanya rasa ingin memiliki sering menyakiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar